Saling Menyapa Yuks^^

Quotes

MEMBACA untuk BELAJAR
"let's read & learn in here"

Sabtu, 06 Oktober 2012

KENAPA MANUSIA BERMASALAH?? MARI KITA LIHAT DARI PENDEKATAN KONSELING RASIONAL EMOTIF (all about rational emotive "secara ringkas")


Semua manusia pasti memiliki masalah baik besar atau kecil, dari internal maupun eksternal. Masalah tak pernah memandang siapa diri kita, berapa banyak masalah yang sudah kita punya, dia (masalah) tetap datang dalam kehidupan kita. Setiap manusia memiliki masalah yang tentunya tidak sama satu dengan yang lainnya dan cara mengatasi masalah individu satu dengan yang lainnya juga berbeda. Masalah dapat berakhir baik atau tidak tergantung bagaimana individu mengatasi masalahnya. Pernah saya berpikir dan bertanya pada diri sendiri "kenapa harus ada masalah? Kenapa manusia itu diciptakan penuh dengan masalah? Bagaimana masalah itu ada pada diri manusia?". 
 Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya terjawab (saat menerima salah satu mata kuliah tentang pendekatan2x konseling (matkul diperingkat dua setelah statistika dalam kategori suka :D ). Dari yang saya dapat dari matakuliah ini saya mencoba sedikit menjelaskan secara ringkas berdasarkan pemahaman saya yang juga hanya sedikit, dilihat dari salah satu pendekatan konseling rasional emotif (memilih pendekatan konseling  ini dibanding pendekatan konseling lain karena menurut saya pendekatan ini mudah dipahami dan saya berpikir sama dengan pendekatan konseling ini alias sepaham), semoga dapat bermanfaat buat semua yang membaca^^ 
 Konseling rasional emotif merupakan salah satu pendekatan dalam konseling yang menitikberatkan pada interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa manusia memiliki potensi untuk berpikir rasional atau berpikir dengan akal sehat (baik) maupun untuk berpikir irasional (jahat) terhadap  berbagai peristiwa dalam kehidupan yang kemudian menentukan atau berpengaruh terhadap apa yang dirasakan (emosi) dan dilakukannya (perilaku). Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.  
Berpikir irasional (keyakinan irasional) berarti cara berpikir atau keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang berbentuk tuntutan (perintah) yang diterapkan pada diri sendiri, orang lain, dan dunia sehingga menyebabkan kerugian diri sendiri dengan menghambat pencapain tujuan dan menghasilkan gangguan emosi dan perilaku pada seseorang karena dipandang tidak logis dan tidak realistis. Sedangkan kepercayaan atau cara berpikir yang rasional merupakan kepercayaan atau cara berpikir yang dipandang logis dan realistis sehingga membantu pencapaian tujuan dan mengurangi gangguan emosi seseorang. karakteristik keyakinan irasional yaitu terlalu menuntut (harus), mendramatisir (individu memandang dan melihat sesuatu peristiwa dengan cara berlebihan atau diluar batas kewajaran), toleransi terhadap frustasi yang rendah (ketidakmampuan individu untuk bertahan dalam ketidaknyaman atau tidak mampu memikiul ketidaksenangan), penilaian diri atau orang lain yang negatif (tidak dapat menerima diri sendiri dan orang lain tanpa syarat). 
Konseling ini mengacu pada keseimbangan antara berpikir, merasa, dan bertindak karena jarang sekali manusia beremosi dan bertindak tanpa berpikir. Ketika manusia beremosi, manusia juga berpikir dan bertindak. Ketika manusia  bertindak, manusia juga beremosi dan berpikir. Ketika manusia berpikir, manusia juga beremosi dan bertindak. Maka dari itu, dalam pelaksanaannya konseling ini berusaha untuk mengubah cara berpikir, emosi dan perilaku.
    Dalam konseling ini, masalah terjadi akibat dari pemikiran kita (cara kita berpikir terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita). Masalah dapat didefinisikan dengan kehidupan efektif kita sehari-hari mengalami gangguan. Gangguan tersebut berupa gangguan pada emosi dan perilaku. Gangguan emosi dan perilaku terjadi akibat dari pemikiran kita. Dengan kata lain, pemikiran kita terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan yang menyebabkan gangguan emosi dan perilaku atau tidak. Perilaku bermasalah merupakan perilaku yang didasarkan pada cara berfikir yang irasional. Apabila kita berpikir irasional (negatif) maka menyebabkan dampak yang negatif juga (mengalami gangguan) pada perilaku dan emosi kita, begitu juga sebaliknya apabila berpikir positif (rasional) maka akan berdampak positif juga pada emosi dan perilaku kita. 
Konseling rasional emotif pada intinya bertujuan untuk membantu konseli berusaha merubah pikiran irasional yang mendasari timbulnya gangguan pada perilaku dan emosi (masalah) menjadi rasional dengan menerapkan teori A-B-C-D-E. Lebih jelasnya tujuan konseling rasional emotif yaitu membantu konseli dalam menangani masalahnya dengan merubah sikap, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional menjadi pandangan yang rasional agar klien dapat mengembangkan diri untuk memeperoleh filsafat hidup yang lebih realistic. Selain itu, konseling rasional emotif bertujuan menghilangkan gangguan-gangguan emosional sebagai akibat dari berpikir irasional dengan cara melatih hidup secara rasional serta mengembangkan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. Konseling ini dikenal menerapkan teori A-B-C-D-E yang mengupas tentang berpikir irasional dan gangguan emosional serta perilaku. Teori A-B-C-D-E merupakan konsep kunci dalam pendekatan ini. Teori A-B-C-D-E dapat dijelaskan sebagai berikut:


                 A             < =======>           C ( Positif dan negatif/ masalah)

                                           II
                                           II
                                           v

                            B (Positif dan Negatif)
                                          ^
                                          II
                                          II
                        D (kognitif, emotif, behavior)
                                         II
                                         II
                                         v

                                E (effect)

Bagan diatas merupakan gambaran teori A-B-C-D-E, dapat dijelaskan sebagai berikut: A (Activating events) merupakan kejadian-kejadian yang membangkitkan perilaku yang seolah-olah menyebabkan C (consequence). B (Belief) merupakan keyakinan atau cara pandang (cara berpikir) individu mengenai A yaitu berupa keyakinan irasional dan rasional. Terdapat indikator keyakinan irasional yang berlaku secara umum yaitu:

  •  1Suatu keharusan bagi seseorang untuk dicintai, diterima, dan dihargai oleh setiap orang di komunitasnya.
    2 Sangat penting bagi seseorang untuk benar-benar kompeten dan mampu dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya
    3 Orang-orang yang jahat, lemah, salah, seharusnya disalahkan akan tindakan kesalahan mereka dan dihukum
    4 Suatu bencana atau masalah ketika sesuatu yang diinginkan seseorang tidak terjadi/tidak diharapkan
    5 Ketidakbahagiaan disebabkan peristiwa dari luar diri kita dan di luar kontrol diri kita
    6 ika sesuatu hal mengancam maka individu secara terus menerus memberikan perhatian pada hal itu
    7 Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab daripada menghadapi
    8 Seseorang itu butuh atau seharusnya bergantung pada orang lain dan memiliki seseorang yang lebih kuat untuk menjadi sandarannya
    9 Peristiwa di masa lalu menentukan perilaku saat ini dan pengaruhnya tidak bisa diubah
    10 Seseorang seharusnya perhatian terhadap masalahnya orang lain
    11Selalu ada solusi yang sempurna atas setiap masalah dan suatu bencana jika solusi tidak ditemukan

C (consequence) merupakan dampak baik emosi maupun perilaku dari cara pandang seseorang terhadap A. D (dispute) merupakan mendebatkan  keyakinan (Birasional) yang menyebabkan gangguan sehingga menjadi keyakinan  yang rasional (Brasional). E (effect) merupakan pandangan rasional efektif dan baru yang diikuti perubahan emosional dan perilaku. 
             Ketika seseorang mulai mencoba mencapai tujuan, dia akan dihadapkan pada kejadian-kejadian (A) yang berkecenderungan membantu mencapai tujuan atau menghambat. Kebanyakan orang memandang bahwa A adalah penyebab tejadinya C, namun tanpa mereka sadari sebenarnya ada faktor lain menyebabkan C terjadi yaitu B (belief) bagaimana seseorang memandang permasalahan yang terjadi (A), ketika mereka memandang A dengan positif maka emosi dan perilaku mereka akan positif, begitu juga sebaliknya. Keyakinan-keyakinan (B) cenderung mempengaruhi konsekuensi-konsekuensi atau dampak  emosi dan perilaku (C). Jadi sebenarnya yang terjadi keyakinan-keyakinan (B) seseorang terhadap kejadian-kejadian (A) yang menyebabkan munculnya konsekuensi atau dampak emosi dan perilaku (C). Apabila seseorang memiliki masalah (gangguan emosi dan perilaku atau Cnegatif) dalam kehidupannya berarti seseorang tersebut memiliki keyakinan irasional (Birasional) yang dipeliharanya terus menerus. 

Sampai penjelasan ini apakah bisa dipahami?? 

Lebih mudahnya seperti ini saja : A disini merupakan segala peristiwa/ kejadian yang memicu timbulnya C, B adalah Belief/ keyakinan/cara berpikir yang ada pada diri seseorang. Cara berpikir ada dua yaitu berpikir positif (rasional) dan berpikir negatif (irasional). C adalah konsekuensi atau dampak. Dampak dapat berupa positif dan negatif. Kalau dampaknya negatif disebut masalah. Masalah dapat didefinisikan sebagai gangguan pada kehidupan efektif sehari-hari. Gangguan itu dapat berupa gangguan emosi dan perilaku. A adalah semua kejadian yang semua orang berfikir berpengaruh pada tingkah laku seseorang (C ), tapi disini sebenarnya ada sesuatu yang menghubungkan antara suatu kejadian dengan perilaku seseorang yang tidak semua orang menyadarinya, dia merasakan tapi tidak menyadari yaitu B keyakinan atau cara berpikir. Dimana cara berpikir (B) ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang (C). B merupakan bagaimana kita memandang atau berpikir terhadap suatu peristiwa / kejadian. Kalau misalnya pemikiran kita positif (Brasional) terhadap kejadian (A) maka akan terjadi dampak perilaku dan emosi yang baik pula(Cpositif) atau tidak menajdi bermasalah, tapi kalau misalnya kita memandang bahwa suatu kejadian itu negatif (dengan Birasional) maka perilaku kita juga akan mengikuti cara berfikir kita yaitu menjadi negatif juga berarti emosi dan perilaku kita terganggu (sama dengan bermasalah). Sudah jelaskah?? 
Untuk lebih jelasnya saya beri contoh : ada suatu kejadian (A) orang tua bercerai sehingga menjadikan seseorang tidak semangat bersekolah dan mengakibatkan prestasi belajarnya di sekolah menurun (Cnegatif atau disebut masalah) karena merasa perceraian orang tua itu sangat berdampak terhadap dirinya. Apakah selalu anak yang orang tuanya bercerai itu menjadi tidak semangat dan prestasi belajarnya menurun (menjadi bermasalah)? Pasti tidak semua kan? ada juga yang tetap semangat dalam belajar. Hal itu menandakan bahwa bukan A yang menyebabkan C. Kenapa ada yang berdampak negative yaitu seperti yang dialami di atas (tidak semangat, prestasi belajarnya menurun) dan ada juga dengan perceraian orang tua seseorang tetap semangat dan malah menjadi motivasi untuk berprestasi? 
          Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki dampak negative dan postif dari kejadian yang dialami (A) karena memiliki cara pandang dan cara berpikir yang berbeda-beda. Apabila anak yang tadi berpikir positif terhadap kejadian perceraian orang tua seperti orang tua bercerai saya sedih tetapi sudah menjadi keputusan mereka saya tidak mengetahui penyebabnya sehingga saya tidak ingin ikut campur mungkin ini yang terbaik untuk semuanya yang terpenting saya masih beruntung karena saya masih tetap memiliki dua orang tua dan masih bisa bertemu mereka dan saya ingin membuktikan kepada orang tua dan orang lain walaupun orang tua bercerai saya tetap berprestasi dan bisa dibanggakan. Kalau berpikiran positif seperti itu pasti akan berdampak positif seperti tetap semangat dan memiliki prestasi yang baik. Begitu juga sebaliknya kalau kita berpikir negative seperti kedua orang tua bercerai berarti saya tidak akan dihargai oleh teman-teman dan akan dikucilkan oleh mereka dan semua itu kesalahan orang tua. Kalau berpikiran negative seperti itu pasti dampaknya akan negative seperti tidak semangat belajar, tidak ingin berangkat sekolah dan akhirnya prestasi belajarnya menurun. Pasti sudah paham kan sampai disini??? (anggap saja sudah paham :D
         Jadi intinya kalau kita mau merubah gangguan perilaku dan emosi  (Cnegatif) atau dengan kata lain menyelesaikan masalah bukan merubah kejadian-kejadian itu (bukan merubah A), tapi kita merubah keyakinan atau pemikiran  kita sendiri terhadap peristiwa pemicu masalah itu ( merubah Birasional terhadap A yang menyebabkan timbulnya Cnegatif atau disebut masalah pada diri kita). Cara untuk mengubah keyakinan atau pemikiran kita yang tidak rasional (irasinoal) dalam konseling rasional emotif ini adalah dengan proses disputing. Jika sesorang ingin masalahnya dapat terselesaikan, maka dilakukan disputing untuk  menantang, mengubah dan mendebat keyakinan irasional (Birasional) seseorang tersebut agar menjadi keyakinan yang rasional (Brasional). Disputing salah satunya dapat dilakukan dengan mempertanyakan ilmiah pada diri sendiri melalui empat bidang cognitive disputing yaitu terdiri dari functional disputes (misalnya apakah keyakinan itu membantu atau merusak diri), empirical disputes (misalnya apakah keyakinan tersebut sesuai dengan kenyataan, apakah dampak keyakinan tersebut sesuai keinginan), logical disputes (misalnya apakah masuk akal cara pandang kita terhadap peristiwa tersebut ), dan philosophical disputes (makna dan kepuasan dalam berbagai bidang atau berfikir secara keseluruhan tidak hanya berpikir tentang peristiwa yang menjadi masalah). 
             Jadi, masalah atau disini adalah dampak negative (Cnegatif) terjadi akibat dari pemikiran kita yang negative (Birasional) terhadap peristiwa yang mengaktifkan atau memicu timbulnya Cnegatif itu (A).  Kalau kita berpikir positif (menerapkan B rasional) maka dampaknya juga akan positif atau kita tidak mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan (tidak menjadi seseorang yang bermasalah). Apabila seseorang sudah memiliki keyakinan rasional (Brasional atau positif) maka akan berdampak juga pada emosi dan perilaku yang lebih positif (E atau effect yaitu pandangan rasional efektif dan baru yang diikuti perubahan emosional dan perilaku) sehingga tidak lagi mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan efektif sehari-hari. So, tetaplah memiliki pikiran rasional dalam menghadapi segala yang terjadi dalam kehidupan kita. "Tidak ada yang baik ataupun buruk tetapi pemikiran kitalah yang membuatnya seperti itu" (Albert Ellis). ^^

Sabtu, 17 Desember 2011

PEMBENTUKAN HARGA DIRI SESEORANG

Pendapat Klass dan Hodge (1978) mengemukakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Pada saat melakukan evaluasi diri, individu akan melihat dan menyadari konsep-konsep dasar dirinya yang menyangkut pikiran-pikiran, pendapat, kesadaran mengenai siapa dan bagaimana dirinya, serta kemampuan membandingkan keadaan diri saat itu dengan bayangan diri ideal yang berkembang dalam pikirannya. Menurut Darajat (1980) menyebutkan bahwa

SELAMAT MEMBACA^^

SELAMAT MEMBACA^^

MARI BERBAGI ILMU ^_^

with ISMARINI BEKTI SETIANI blog's

POSTING DIBAWAH INI SAMA DENGAN DIATAS

POSTING DIBAWAH INI SAMA DENGAN DIATAS

KENAPA MANUSIA BERMASALAH?? MARI KITA LIHAT DARI PENDEKATAN KONSELING RASIONAL EMOTIF (all about rational emotive "secara ringkas")


Semua manusia pasti memiliki masalah baik besar atau kecil, dari internal maupun eksternal. Masalah tak pernah memandang siapa diri kita, berapa banyak masalah yang sudah kita punya, dia (masalah) tetap datang dalam kehidupan kita. Setiap manusia memiliki masalah yang tentunya tidak sama satu dengan yang lainnya dan cara mengatasi masalah individu satu dengan yang lainnya juga berbeda. Masalah dapat berakhir baik atau tidak tergantung bagaimana individu mengatasi masalahnya. Pernah saya berpikir dan bertanya pada diri sendiri "kenapa harus ada masalah? Kenapa manusia itu diciptakan penuh dengan masalah? Bagaimana masalah itu ada pada diri manusia?". 
 Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya terjawab (saat menerima salah satu mata kuliah tentang pendekatan2x konseling (matkul diperingkat dua setelah statistika dalam kategori suka :D ). Dari yang saya dapat dari matakuliah ini saya mencoba sedikit menjelaskan secara ringkas berdasarkan pemahaman saya yang juga hanya sedikit, dilihat dari salah satu pendekatan konseling rasional emotif (memilih pendekatan konseling  ini dibanding pendekatan konseling lain karena menurut saya pendekatan ini mudah dipahami dan saya berpikir sama dengan pendekatan konseling ini alias sepaham), semoga dapat bermanfaat buat semua yang membaca^^ 
 Konseling rasional emotif merupakan salah satu pendekatan dalam konseling yang menitikberatkan pada interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa manusia memiliki potensi untuk berpikir rasional atau berpikir dengan akal sehat (baik) maupun untuk berpikir irasional (jahat) terhadap  berbagai peristiwa dalam kehidupan yang kemudian menentukan atau berpengaruh terhadap apa yang dirasakan (emosi) dan dilakukannya (perilaku). Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.  
Berpikir irasional (keyakinan irasional) berarti cara berpikir atau keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang berbentuk tuntutan (perintah) yang diterapkan pada diri sendiri, orang lain, dan dunia sehingga menyebabkan kerugian diri sendiri dengan menghambat pencapain tujuan dan menghasilkan gangguan emosi dan perilaku pada seseorang karena dipandang tidak logis dan tidak realistis. Sedangkan kepercayaan atau cara berpikir yang rasional merupakan kepercayaan atau cara berpikir yang dipandang logis dan realistis sehingga membantu pencapaian tujuan dan mengurangi gangguan emosi seseorang. karakteristik keyakinan irasional yaitu terlalu menuntut (harus), mendramatisir (individu memandang dan melihat sesuatu peristiwa dengan cara berlebihan atau diluar batas kewajaran), toleransi terhadap frustasi yang rendah (ketidakmampuan individu untuk bertahan dalam ketidaknyaman atau tidak mampu memikiul ketidaksenangan), penilaian diri atau orang lain yang negatif (tidak dapat menerima diri sendiri dan orang lain tanpa syarat). 
Konseling ini mengacu pada keseimbangan antara berpikir, merasa, dan bertindak karena jarang sekali manusia beremosi dan bertindak tanpa berpikir. Ketika manusia beremosi, manusia juga berpikir dan bertindak. Ketika manusia  bertindak, manusia juga beremosi dan berpikir. Ketika manusia berpikir, manusia juga beremosi dan bertindak. Maka dari itu, dalam pelaksanaannya konseling ini berusaha untuk mengubah cara berpikir, emosi dan perilaku.
    Dalam konseling ini, masalah terjadi akibat dari pemikiran kita (cara kita berpikir terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita). Masalah dapat didefinisikan dengan kehidupan efektif kita sehari-hari mengalami gangguan. Gangguan tersebut berupa gangguan pada emosi dan perilaku. Gangguan emosi dan perilaku terjadi akibat dari pemikiran kita. Dengan kata lain, pemikiran kita terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan yang menyebabkan gangguan emosi dan perilaku atau tidak. Perilaku bermasalah merupakan perilaku yang didasarkan pada cara berfikir yang irasional. Apabila kita berpikir irasional (negatif) maka menyebabkan dampak yang negatif juga (mengalami gangguan) pada perilaku dan emosi kita, begitu juga sebaliknya apabila berpikir positif (rasional) maka akan berdampak positif juga pada emosi dan perilaku kita. 
Konseling rasional emotif pada intinya bertujuan untuk membantu konseli berusaha merubah pikiran irasional yang mendasari timbulnya gangguan pada perilaku dan emosi (masalah) menjadi rasional dengan menerapkan teori A-B-C-D-E. Lebih jelasnya tujuan konseling rasional emotif yaitu membantu konseli dalam menangani masalahnya dengan merubah sikap, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional menjadi pandangan yang rasional agar klien dapat mengembangkan diri untuk memeperoleh filsafat hidup yang lebih realistic. Selain itu, konseling rasional emotif bertujuan menghilangkan gangguan-gangguan emosional sebagai akibat dari berpikir irasional dengan cara melatih hidup secara rasional serta mengembangkan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. Konseling ini dikenal menerapkan teori A-B-C-D-E yang mengupas tentang berpikir irasional dan gangguan emosional serta perilaku. Teori A-B-C-D-E merupakan konsep kunci dalam pendekatan ini. Teori A-B-C-D-E dapat dijelaskan sebagai berikut:


                 A             < =======>           C ( Positif dan negatif/ masalah)

                                           II
                                           II
                                           v

                            B (Positif dan Negatif)
                                          ^
                                          II
                                          II
                        D (kognitif, emotif, behavior)
                                         II
                                         II
                                         v

                                E (effect)

Bagan diatas merupakan gambaran teori A-B-C-D-E, dapat dijelaskan sebagai berikut: A (Activating events) merupakan kejadian-kejadian yang membangkitkan perilaku yang seolah-olah menyebabkan C (consequence). B (Belief) merupakan keyakinan atau cara pandang (cara berpikir) individu mengenai A yaitu berupa keyakinan irasional dan rasional. Terdapat indikator keyakinan irasional yang berlaku secara umum yaitu:

  •  1Suatu keharusan bagi seseorang untuk dicintai, diterima, dan dihargai oleh setiap orang di komunitasnya.
    2 Sangat penting bagi seseorang untuk benar-benar kompeten dan mampu dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya
    3 Orang-orang yang jahat, lemah, salah, seharusnya disalahkan akan tindakan kesalahan mereka dan dihukum
    4 Suatu bencana atau masalah ketika sesuatu yang diinginkan seseorang tidak terjadi/tidak diharapkan
    5 Ketidakbahagiaan disebabkan peristiwa dari luar diri kita dan di luar kontrol diri kita
    6 ika sesuatu hal mengancam maka individu secara terus menerus memberikan perhatian pada hal itu
    7 Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab daripada menghadapi
    8 Seseorang itu butuh atau seharusnya bergantung pada orang lain dan memiliki seseorang yang lebih kuat untuk menjadi sandarannya
    9 Peristiwa di masa lalu menentukan perilaku saat ini dan pengaruhnya tidak bisa diubah
    10 Seseorang seharusnya perhatian terhadap masalahnya orang lain
    11Selalu ada solusi yang sempurna atas setiap masalah dan suatu bencana jika solusi tidak ditemukan

C (consequence) merupakan dampak baik emosi maupun perilaku dari cara pandang seseorang terhadap A. D (dispute) merupakan mendebatkan  keyakinan (Birasional) yang menyebabkan gangguan sehingga menjadi keyakinan  yang rasional (Brasional). E (effect) merupakan pandangan rasional efektif dan baru yang diikuti perubahan emosional dan perilaku. 
             Ketika seseorang mulai mencoba mencapai tujuan, dia akan dihadapkan pada kejadian-kejadian (A) yang berkecenderungan membantu mencapai tujuan atau menghambat. Kebanyakan orang memandang bahwa A adalah penyebab tejadinya C, namun tanpa mereka sadari sebenarnya ada faktor lain menyebabkan C terjadi yaitu B (belief) bagaimana seseorang memandang permasalahan yang terjadi (A), ketika mereka memandang A dengan positif maka emosi dan perilaku mereka akan positif, begitu juga sebaliknya. Keyakinan-keyakinan (B) cenderung mempengaruhi konsekuensi-konsekuensi atau dampak  emosi dan perilaku (C). Jadi sebenarnya yang terjadi keyakinan-keyakinan (B) seseorang terhadap kejadian-kejadian (A) yang menyebabkan munculnya konsekuensi atau dampak emosi dan perilaku (C). Apabila seseorang memiliki masalah (gangguan emosi dan perilaku atau Cnegatif) dalam kehidupannya berarti seseorang tersebut memiliki keyakinan irasional (Birasional) yang dipeliharanya terus menerus. 

Sampai penjelasan ini apakah bisa dipahami?? 

Lebih mudahnya seperti ini saja : A disini merupakan segala peristiwa/ kejadian yang memicu timbulnya C, B adalah Belief/ keyakinan/cara berpikir yang ada pada diri seseorang. Cara berpikir ada dua yaitu berpikir positif (rasional) dan berpikir negatif (irasional). C adalah konsekuensi atau dampak. Dampak dapat berupa positif dan negatif. Kalau dampaknya negatif disebut masalah. Masalah dapat didefinisikan sebagai gangguan pada kehidupan efektif sehari-hari. Gangguan itu dapat berupa gangguan emosi dan perilaku. A adalah semua kejadian yang semua orang berfikir berpengaruh pada tingkah laku seseorang (C ), tapi disini sebenarnya ada sesuatu yang menghubungkan antara suatu kejadian dengan perilaku seseorang yang tidak semua orang menyadarinya, dia merasakan tapi tidak menyadari yaitu B keyakinan atau cara berpikir. Dimana cara berpikir (B) ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang (C). B merupakan bagaimana kita memandang atau berpikir terhadap suatu peristiwa / kejadian. Kalau misalnya pemikiran kita positif (Brasional) terhadap kejadian (A) maka akan terjadi dampak perilaku dan emosi yang baik pula(Cpositif) atau tidak menajdi bermasalah, tapi kalau misalnya kita memandang bahwa suatu kejadian itu negatif (dengan Birasional) maka perilaku kita juga akan mengikuti cara berfikir kita yaitu menjadi negatif juga berarti emosi dan perilaku kita terganggu (sama dengan bermasalah). Sudah jelaskah?? 
Untuk lebih jelasnya saya beri contoh : ada suatu kejadian (A) orang tua bercerai sehingga menjadikan seseorang tidak semangat bersekolah dan mengakibatkan prestasi belajarnya di sekolah menurun (Cnegatif atau disebut masalah) karena merasa perceraian orang tua itu sangat berdampak terhadap dirinya. Apakah selalu anak yang orang tuanya bercerai itu menjadi tidak semangat dan prestasi belajarnya menurun (menjadi bermasalah)? Pasti tidak semua kan? ada juga yang tetap semangat dalam belajar. Hal itu menandakan bahwa bukan A yang menyebabkan C. Kenapa ada yang berdampak negative yaitu seperti yang dialami di atas (tidak semangat, prestasi belajarnya menurun) dan ada juga dengan perceraian orang tua seseorang tetap semangat dan malah menjadi motivasi untuk berprestasi? 
          Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki dampak negative dan postif dari kejadian yang dialami (A) karena memiliki cara pandang dan cara berpikir yang berbeda-beda. Apabila anak yang tadi berpikir positif terhadap kejadian perceraian orang tua seperti orang tua bercerai saya sedih tetapi sudah menjadi keputusan mereka saya tidak mengetahui penyebabnya sehingga saya tidak ingin ikut campur mungkin ini yang terbaik untuk semuanya yang terpenting saya masih beruntung karena saya masih tetap memiliki dua orang tua dan masih bisa bertemu mereka dan saya ingin membuktikan kepada orang tua dan orang lain walaupun orang tua bercerai saya tetap berprestasi dan bisa dibanggakan. Kalau berpikiran positif seperti itu pasti akan berdampak positif seperti tetap semangat dan memiliki prestasi yang baik. Begitu juga sebaliknya kalau kita berpikir negative seperti kedua orang tua bercerai berarti saya tidak akan dihargai oleh teman-teman dan akan dikucilkan oleh mereka dan semua itu kesalahan orang tua. Kalau berpikiran negative seperti itu pasti dampaknya akan negative seperti tidak semangat belajar, tidak ingin berangkat sekolah dan akhirnya prestasi belajarnya menurun. Pasti sudah paham kan sampai disini??? (anggap saja sudah paham :D
         Jadi intinya kalau kita mau merubah gangguan perilaku dan emosi  (Cnegatif) atau dengan kata lain menyelesaikan masalah bukan merubah kejadian-kejadian itu (bukan merubah A), tapi kita merubah keyakinan atau pemikiran  kita sendiri terhadap peristiwa pemicu masalah itu ( merubah Birasional terhadap A yang menyebabkan timbulnya Cnegatif atau disebut masalah pada diri kita). Cara untuk mengubah keyakinan atau pemikiran kita yang tidak rasional (irasinoal) dalam konseling rasional emotif ini adalah dengan proses disputing. Jika sesorang ingin masalahnya dapat terselesaikan, maka dilakukan disputing untuk  menantang, mengubah dan mendebat keyakinan irasional (Birasional) seseorang tersebut agar menjadi keyakinan yang rasional (Brasional). Disputing salah satunya dapat dilakukan dengan mempertanyakan ilmiah pada diri sendiri melalui empat bidang cognitive disputing yaitu terdiri dari functional disputes (misalnya apakah keyakinan itu membantu atau merusak diri), empirical disputes (misalnya apakah keyakinan tersebut sesuai dengan kenyataan, apakah dampak keyakinan tersebut sesuai keinginan), logical disputes (misalnya apakah masuk akal cara pandang kita terhadap peristiwa tersebut ), dan philosophical disputes (makna dan kepuasan dalam berbagai bidang atau berfikir secara keseluruhan tidak hanya berpikir tentang peristiwa yang menjadi masalah). 
             Jadi, masalah atau disini adalah dampak negative (Cnegatif) terjadi akibat dari pemikiran kita yang negative (Birasional) terhadap peristiwa yang mengaktifkan atau memicu timbulnya Cnegatif itu (A).  Kalau kita berpikir positif (menerapkan B rasional) maka dampaknya juga akan positif atau kita tidak mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan (tidak menjadi seseorang yang bermasalah). Apabila seseorang sudah memiliki keyakinan rasional (Brasional atau positif) maka akan berdampak juga pada emosi dan perilaku yang lebih positif (E atau effect yaitu pandangan rasional efektif dan baru yang diikuti perubahan emosional dan perilaku) sehingga tidak lagi mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan efektif sehari-hari. So, tetaplah memiliki pikiran rasional dalam menghadapi segala yang terjadi dalam kehidupan kita. "Tidak ada yang baik ataupun buruk tetapi pemikiran kitalah yang membuatnya seperti itu" (Albert Ellis). ^^

PEMBENTUKAN HARGA DIRI SESEORANG

Pendapat Klass dan Hodge (1978) mengemukakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Pada saat melakukan evaluasi diri, individu akan melihat dan menyadari konsep-konsep dasar dirinya yang menyangkut pikiran-pikiran, pendapat, kesadaran mengenai siapa dan bagaimana dirinya, serta kemampuan membandingkan keadaan diri saat itu dengan bayangan diri ideal yang berkembang dalam pikirannya. Menurut Darajat (1980) menyebutkan bahwa

 

Designed by Simply Fabulous Blogger Templates